Penanganan Bakat Anak


Penanganan akan keberbakatannya
Karena terdapat peningkatan sensitifitas diotaknya, anak ini cenderung untuk belajar dengan sedikit pengulangan (repetition), dan memerlukan penjelasan yang sedikit dikelas, walau perlu diingat anak ini ada yang kemungkinan sensitive terhadap modalitas tertentu. Pendengaran, penglihatan, dan kinestetik.
Peningkatan sensitifitas juga mengakibatkan anak mudah beralih perhatian, tapi bila ada tugas akan terfokus kembali. Diduga pengalihan perhatian ini merupakan salah satu dari sifat kreatifitasnya. Dan bila hipersensitifitas ini mengganggu proses belajar, harus dievaluasi dan ditangani. Karena terdapat peningkatan daya ingat, anak ini hanya sedikit memerlukan pengulangan, akan datang kekelas dengan membawa pengetahuan dari luar kelas, karena anak ini memperoleh pengetahuan secara tidak langsung ( misalnya dari menguping, melihat, mengobservasi informasi yang didapatnya dari luar pendidikan formal).

Dengan demikian, karena anak ini mampu dengan usaha yang sedikit untuk memperoleh standart pengetahuan dasar, kurikulum yang diberikan tidak dipenuhi dengan berbagai macam informasi, tapi lebih ditekankan pada proses berpikir secara seorang ahli, yaitu apa yang harus mereka lakukan dengan informasi yang telah mereka dapatkan. Jadi lebih ditekankan pada bagaimana mengorganisir dan memproses informasi. Mereka harus mengerti proses alamiah berpikir, mengerti kualitas informasi yang dipunyai dan mengerti bagaimana menggunakan informasi tersebut.

Dengan memahami proses alamiah berpikir, anak akan dibekali dengankemampuan memahami terjadinya daya ingat, proses sensorik, pengorganisasian mental dan pola belajar dan pembekalan tentang pengetahuan organisasi, interpersonal dan strategi pemecahan masalah yang lain. Pelatihan yang demikian akan membawa anak dapat menghadapi masalah spesifik dan proses belajar secara umum yang akan mendatangkan keberhasilan.

Dengan mengerti proses alamiah dari informasi, anak mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi kualitas informasi yang diperoleh. Harus diperkenalkan bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan itu didapat dan memvalidasinya.

Dengan memberikan proses pelatihan bagaimana memahami struktur dan kekuatan argumentasi, dan bagaimana pengaruhnya terhadap pengetahuan yang telah kita peroleh, meningkatkan self awareness tentang proses berpikir dan mengemukakan masalah. Proses memperoleh informasi itu sendiri, akan menjadikan mereka pemimpin yang produktif tidak hanya sebagai peninjau, tapi sebagai peserta aktif dalam mencari kemajuan dibidang ilmu pengetahuan.

Penanganan untuk kemungkinan adanya CAPD (Central Auditory Processing Deficit)

Pemeriksaan adanya CAPD dilakukan pada usia 7-12 tahun. Karena bila dilakukan pada usia kurang dari 7 tahun, sangat dipengaruhi oleh berbagai variasi. Setiap hasil penilaian pemeriksaan pada anak cerdas istimewa harus dibandingkan dengan kemampuan usia mental, dan bukan dengan usia chronologisnya, jadi pada anak usia 9 tahun dengan usia kematangan mental berada pada usia 12 tahun.

Pemeriksaan pada usia kurang dari 5 tahun disarankan dilakukan pada anak dengan riwayat radang telingan yang berulang, keterlambatan bicara dan bahasa, ketidak mampuan anak dalam melakukan keterampilan sesuai dengan usia, ketidak mampuan untuk melokalisir arah suara.

Pada CAPD, disarankan untuk melakukan intervensi dini pada saat otak mengalami pematangan dan mudah untuk diperbaiki dengan membentuk jaras baru.

Terhadap kesulitan belajar

Kemampuan dasar seorang anak dari segi edukasi adalah mengingat abjad, belajar bunyi abjad, berhitung, melakukan proses berhitung, dan menulis. Dari segi neurologi, keterampilan dasar anak adalah membedakan bunyi, persepsi bicara dalam keadaan yang ribut, persepsi visual, kemampuan sensori motor, kemampuan mengingat dan berbahasa, kemampuan untuk memperhatikan,motivasi, mengontrol impulsive.

Normalnya kemampuan ini akan berkembang dengan adanya interaksi terhadap orang tua, saudara atau anak sebaya. Tapi pada anak dengan gangguan input sensorik atau hubungan fungsi integrasi, aktifitas rutin tidak cukup untuk merangsang terjadinya perkembangan yang optimal.

Cara pembelajarannya


Menciptakan lingkungan pendidikan yang sesuai sedini mungkin akan menstimulasi keinginan belajar anak. Seorang anak yang penuh keingintahuan akan hilang minatnya bila penempatan kelas dan pendekatan guru tidak sesuai, misalnya pemberian tugas yang terlalu mudah atau terlalu sulit. Kemampuan anak untuk mengenali dan menyelesaikan masalah dengan beragam cara, tidak akan cocok dengan program pendidikan untuk anak berbakat yang tradisional atau tuntutan pada kelas spesifik dimana penentuan keberbakatan anak berdasarkan nilai prestasinya (Bainbridge).

Model pembelajaran pada anak akan mempengaruhi pencapaian/prestasi akademik.
Anak berbakat yang pencapaiannya tidak optimal, terjadi karena kemampuan visuo spasial-nya tinggi, tapi perkembangan kemampuan sequencin (berurutan) kurang, sehingga mengalami kesulitan dalam hal fonic, mengeja, bahasa asing dan matematika. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan cara pengajaran dan lingkungan yang lebih sesuai, tidak penuh tekanan, tidak penuh penuh kompetisi.

Menurut Whitmore (1980), terdapat 3 strategi untuk menangani anak berbakat dan anak dengan pencapaian yang tidak optimal yaitu:

Strategi suportif, yaitu dengan menciptakan tehnik dan design kelas yang menimbulkan perasaan bahwa anak adalah anggota keluarga dari kelas tersebut, termasuk metode untuk mendiskusikan masalah anak, design kurikulum yang berdasarkan kebutuhan dan minat anak, dan memberi kesempatan anak untuk mengumpulkan tugas tentang materi yang sudah dikuasainya.
Strategi intrinsic. Anak cerdas istimewa selalu mempunyai keinginan untuk belajar untuk meningkatkan potensi akademiknya. Suasana kelas harus mengundang dan memberi kesempatan anak untuk menunjukan usahanya. Guru tidak hanya menilai dari kesuksesan anak, tapi juga melihat usaha yang dilakukan anak,memberi kesempatan murid untuk melakukan evaluasi hasil pekerjaan sendiri, sebelum memberi nilai.
Strategi remedial. Guru harus menyadari bahwa anak dengan prestasi yang tidak optimal bukanlah anak yang sempurna, setiap anak mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam hal kebutuhan sosial, emosional dan intelektual. Dengan strategi remedial anak diberi kesempatan untuk meningkatkan kekuatan dan minatnya dan kesempatan ini juga akan meningkatkan daerah spesifik kesulitan belajarnya.

Hal ini akan bermanfaat bila ada minat dari anak dan dipilih guru yang sesuai (mengerti minat dan pola belajar anak), dengan strategi pembelajaran tambahan yagbertujuan untuk membantu anak. Ini akan berhasil untuk anak dengan kesulitan akademik jangka pendek, tapi tidak untuk kelompok dengan underachiever yag sudah lama.

Penanganan yang tidak tepat akan lebih memperburuk keadaan anak.